Jika anda adalah pengguna tema dari wiblogger.com (baik versi gratis maupun premium), anda bisa melakukan pemasangan pada dua lokasi ini dengan sangat mudah melalui antarmuka layout blog. Ikuti panduan yang terdapat pada dokumentasi theme untuk memasang iklan adsense pada berbagai lokasi yang didukung.
Edit Kode Iklan - PENTING ...!
Untuk mengatasi pesan error saat memasang kode iklan asli adsense ke html editor, pastikan anda telah mengedit kode iklan adsense anda sesuai dengan panduan yang terdapat pada post: Cara pasang kode iklan adsense tanpa parse.
Sesuaikan Gaya iklan
Tiga gaya/alignment iklan berikut merupakan yang paling umum diterapkan untuk penempatan diatas dan dibawah postingan.
Apa yang sangat menyakitkan di dalam hidup ini? Tidak lain dan tidak bukan adalah dikhianati. Itulah yang dirasakan Arief Gagah Suroso.
Dia gemetar mendapatkan surat dari pengadilan agama tentang gugatan cerai dari istrinya. Seminggu lagi jadwal sidang tersebut. Apa dia harus datang?
Sebenarnya, semuanya sudah diketahui bahwa niatan istrinya menggugat cerai dirinya hanyalah kedok untuk menyembunyikan perselingkuhan wanita itu dengan ustadz gadungan yang setiap minggu didatanginya di kajian rutin.
Jannah Hanifah, nama yang akan terus diingat dalam seluruh hidup Arief. Masih teringat bagaimana dulu dia meminang istrinya dengan baik-baik pada kedua orang tuanya. Dengan berbekal tekad untuk menjalin keluarga sakinah mawadah warahmah hingga akhir hayat. Rasanya sungguh menyesakkan ini adalah kekecewaan yang mendalam. Setelah lima tahun berumah tangga, nyatanya hanya cukup lima tahun kebersamaan itu. Selebihnya adalah derita dan kesengsaraan atas nama cinta.
Rasanya Arief sudah tidak sanggup untuk menahan diri lagi. Dia tidak mau mendatangi panggilan dari Pengadilan Agama itu. Kalau istrinya ingin cerai ya biarkan saja.
Dia gemetar mendapatkan surat dari pengadilan agama tentang gugatan cerai dari istrinya. Seminggu lagi jadwal sidang tersebut. Apa dia harus datang?
Sebenarnya, semuanya sudah diketahui bahwa niatan istrinya menggugat cerai dirinya hanyalah kedok untuk menyembunyikan perselingkuhan wanita itu dengan ustadz gadungan yang setiap minggu didatanginya di kajian rutin.
Jannah Hanifah, nama yang akan terus diingat dalam seluruh hidup Arief. Masih teringat bagaimana dulu dia meminang istrinya dengan baik-baik pada kedua orang tuanya. Dengan berbekal tekad untuk menjalin keluarga sakinah mawadah warahmah hingga akhir hayat. Rasanya sungguh menyesakkan ini adalah kekecewaan yang mendalam. Setelah lima tahun berumah tangga, nyatanya hanya cukup lima tahun kebersamaan itu. Selebihnya adalah derita dan kesengsaraan atas nama cinta.
Rasanya Arief sudah tidak sanggup untuk menahan diri lagi. Dia tidak mau mendatangi panggilan dari Pengadilan Agama itu. Kalau istrinya ingin cerai ya biarkan saja.
Namun, bagaimana dengan anak mereka? Bagaimana dengan Khalil? Dia masih kecil. Tidak mungkin Arief akan membiarkan bocah itu tinggal dengan istri tukang selingkuh itu. Tidak mungkin akan membiarkan anak mereka dididik oleh seorang pengkhianat. Khalil tidak boleh dibiarkan tinggal bersama Jannah. Dia harus dididik dengan baik agar tidak seperti ibunya.
Malam itu hujan. Suhu ruangan menjadi lebih dingin, seiring dengan masuknya angin dingin dari pintu jendela. Arief beranjak menutup daun jendela hingga yakin sudah dikunci. Di atas ranjang, tampak anak semata wayangnya sedang tidur pulas memeluk guling.
Dilihatnya jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 23.00 WIB. Sudah pasti istrinya tidak akan pulang malam ini. Perempuan itu pasti sedang tidur bersama ustadz gadungan brengsek itu.
Malam itu hujan. Suhu ruangan menjadi lebih dingin, seiring dengan masuknya angin dingin dari pintu jendela. Arief beranjak menutup daun jendela hingga yakin sudah dikunci. Di atas ranjang, tampak anak semata wayangnya sedang tidur pulas memeluk guling.
Dilihatnya jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 23.00 WIB. Sudah pasti istrinya tidak akan pulang malam ini. Perempuan itu pasti sedang tidur bersama ustadz gadungan brengsek itu.
Untuk meyakinkan diri, Arief membuka layar ponselnya. Dia pun membuka aplikasi "TYP" yang terinstall di ponsel. Aplikasi itu bisa memberitahu letak posisi terakhir seseorang. Dia tidak terkejut dengan hasil yang akan dia peroleh saat melacak posisi terakhir istrinya ada di mana. Tadi dia mendapatkan chat kalau malam ini akan tinggal di rumah orang tuanya. Benarkah demikian?
Setelah aplikasi dibuka. Dia pun mendapati dimana posisi terakhir Jannah berada. Ada di Hotel Grand National. Arief hanya tersenyum sinis. Dia tangkap screenshot layarnya, setelah itu dia coba untuk memanggil istrinya. Agak lama untuk menunggu panggilan telponnya diangkat Jannah. Setelah beberapa detik berlalu akhirnya istrinya pun mengangkatnya.
"Ya, Assalaamu'alaikum," sapa istrinya, "ada apa mas?"
Terdengar suara berisik di seberang sana. Arief sudah membayangkan yang tidak-tidak. Suara napas istrinya juga terengah-engah.
"Aku sudah terima suratnya," jawab Arief.
Tiba-tiba suara telepon istrinya hening. Seolah-olah waktu itu kejadiannya benar-benar tiba-tiba dan mendadak berhenti. Suara napas istrinya juga berhenti. Entah apa yang terjadi di sana.
"Trus?" tanya Jannah.
"Umi sudah bulat ingin cerai?" tanya Arief
Setelah aplikasi dibuka. Dia pun mendapati dimana posisi terakhir Jannah berada. Ada di Hotel Grand National. Arief hanya tersenyum sinis. Dia tangkap screenshot layarnya, setelah itu dia coba untuk memanggil istrinya. Agak lama untuk menunggu panggilan telponnya diangkat Jannah. Setelah beberapa detik berlalu akhirnya istrinya pun mengangkatnya.
"Ya, Assalaamu'alaikum," sapa istrinya, "ada apa mas?"
Terdengar suara berisik di seberang sana. Arief sudah membayangkan yang tidak-tidak. Suara napas istrinya juga terengah-engah.
"Aku sudah terima suratnya," jawab Arief.
Tiba-tiba suara telepon istrinya hening. Seolah-olah waktu itu kejadiannya benar-benar tiba-tiba dan mendadak berhenti. Suara napas istrinya juga berhenti. Entah apa yang terjadi di sana.
"Trus?" tanya Jannah.
"Umi sudah bulat ingin cerai?" tanya Arief
"Iya."
"Apa alasan umi?" tanya Arief lagi
"Bukankah sudah berkali-kali kita bahas ini... uhff...! Kita sudah beda prinsip, .... ehhhm... kita beda segalanya. Lagipula... sam..pai... sekarang mas juga belum bisa memberikan.... ahh.. apa yang akuuhh... inginkan..." kata Jannah
Lagi-lagi terdengar suara gaduh dan napas istrinya tersengal-sengal seperti menahan sesuatu. Arief makin marah, tapi dia mencoba untuk menahan diri. Dia bukan orang bodoh yang bisa ditipu begitu saja. Arief menghela napas perlahan-lahan untuk meredakan emosinya.
Dia pun bertanya kepada istrinya, "Umi masih cinta mas tidak?"
"....."
Lama jawaban dari Jannah.
"Ahhh..." terdengar desahan istrinya.
Arief masih menunggu. Dia sudah mengira apa yang terjadi di sana seperti apa, jadi tak perlu dia bertanya.
"Umi masih cinta mas tidak?" diulangnya pertanyaan Arief.
"Maaf, mas, hahf... hahf... hah..." terdengar suara Jannah menarik napas dalam-dalam seperti baru saja lari marathon.
"Sedang angkat-angkat tadi. Kalau ingin Umi kembali ke mas, syaratnya gampang. Penuhi keinginan Umi." lanjutnya
"Begitukah?" tanya Arief.
"Iya, Mas tahu sendiri sekarang pendidikan mahal, Khalil butuh biaya sekolah, rumah, kehidupan setiap hari dan hutang mas itu sudah seabrek. Umi juga kan yang akhirnya cari duit sana sini? Umi juga yang kerja sudah tiga bulan Umi menutupi keuangan keluarga kita. Sedangkan, Mas? Mas tidak ada sumbangsih sama sekali! Mas mikir nggak? Umi juga perlu nafkah!" ternag Jannah panjang lebar
"Tapi mas juga ngasih ke kamu bukan? Seluruh gaji mas sudah kukasih. Mas bahkan nyaris tiap hari ke kantor nggak bawa uang dan nahan lapar sampai pulang ke rumah. Itu pun di rumah kalau masih untung ada makanan, biasanya juga sudah habis! Umi kemana selama ini?" bela Arief
"Mas yang kemana selama ini? Setiap hari kerja pagi sampai malam, trus capek tidur. Aku juga butuh perhatian mas!" kata Jannah
"Apa alasan umi?" tanya Arief lagi
"Bukankah sudah berkali-kali kita bahas ini... uhff...! Kita sudah beda prinsip, .... ehhhm... kita beda segalanya. Lagipula... sam..pai... sekarang mas juga belum bisa memberikan.... ahh.. apa yang akuuhh... inginkan..." kata Jannah
Lagi-lagi terdengar suara gaduh dan napas istrinya tersengal-sengal seperti menahan sesuatu. Arief makin marah, tapi dia mencoba untuk menahan diri. Dia bukan orang bodoh yang bisa ditipu begitu saja. Arief menghela napas perlahan-lahan untuk meredakan emosinya.
Dia pun bertanya kepada istrinya, "Umi masih cinta mas tidak?"
"....."
Lama jawaban dari Jannah.
"Ahhh..." terdengar desahan istrinya.
Arief masih menunggu. Dia sudah mengira apa yang terjadi di sana seperti apa, jadi tak perlu dia bertanya.
"Umi masih cinta mas tidak?" diulangnya pertanyaan Arief.
"Maaf, mas, hahf... hahf... hah..." terdengar suara Jannah menarik napas dalam-dalam seperti baru saja lari marathon.
"Sedang angkat-angkat tadi. Kalau ingin Umi kembali ke mas, syaratnya gampang. Penuhi keinginan Umi." lanjutnya
"Begitukah?" tanya Arief.
"Iya, Mas tahu sendiri sekarang pendidikan mahal, Khalil butuh biaya sekolah, rumah, kehidupan setiap hari dan hutang mas itu sudah seabrek. Umi juga kan yang akhirnya cari duit sana sini? Umi juga yang kerja sudah tiga bulan Umi menutupi keuangan keluarga kita. Sedangkan, Mas? Mas tidak ada sumbangsih sama sekali! Mas mikir nggak? Umi juga perlu nafkah!" ternag Jannah panjang lebar
"Tapi mas juga ngasih ke kamu bukan? Seluruh gaji mas sudah kukasih. Mas bahkan nyaris tiap hari ke kantor nggak bawa uang dan nahan lapar sampai pulang ke rumah. Itu pun di rumah kalau masih untung ada makanan, biasanya juga sudah habis! Umi kemana selama ini?" bela Arief
"Mas yang kemana selama ini? Setiap hari kerja pagi sampai malam, trus capek tidur. Aku juga butuh perhatian mas!" kata Jannah